Senin, 22 Mei 2017

Cerita Silat Wisma Pedang

Baca Juga:
Seri 4 Kesatria Baju Putih
Karya : Wen Rui Ai
Penterjemah/editor : Liang YL/Adhi
Persembahan : SEE YAN TJIN DJIN
Sumber djvu : Manise Dimhader
Convert, edit & EBook: Dewi KZ
Tiraikasih website
http://kangzusi.com/  http://kang-zusi.info/
http://dewikz.byethost22.com/  http://ebook-dewikz.com/
http://tiraikasih.co.cc/  http://cerita-silat.co.cc/
WISMA PEDANG
Di sini adalah sebuah pekarangan yang sangat luas.
Langit mulai terlihat gelap, karena hari memang sudah sore.
Wisma itu adalah sebuah wisma tua, di sana sini banyak kayukayu penyangga rumah yang patah dan gentingnya juga sudah
banyak yang pecah. Sebagian malah sudah terbakar menjadi abu,
tapi yang utuhpun masih ada.
Dahulu wisma ini pernah berjaya dan juga terkenal, sekarang di
bawah sinar matahari terbenam, wisma itu terlihat sepi dan merana.
Di dalam wisma itu ada sebuah ruangan yang sudah ambruk dan
haneur, ruang tamu di wisma itu begitu luas. Di bagian atas rumah
masih terpasang papan nama. Dulu papan itu dicat dengan warna
terang benderang. Tapi sekarang papan itu terlihat sudah usang,
malah sudah terbelah menjadi dua bagian. Sudah tertutup oleh
debu dan sarang laba-laba. Tapi dari papan itu masih bisa terbaca
sebuah tulisan kaligrafi yang indah dengan tulisan 'Shi Jian'. Tulisan
itu terdapat di bagian papan yang terjatuh dan tertutup oleh debu,
sedangkan di bagian papan yang lain tertulis 'Tian Xia' (dikolong
langit).
'Shi Jian Tian Xia' memiliki makna tinggi dan juga berkesan
sombong, dan begitu berjaya. Ditambah lagi dengan tulisan kaligrafi
yang ditulis dengan sangat bagus dan bertenaga. Mungkin dulu para
tamu dunia persilatan pada saat melihat papan itu tergantung
tinggi, hati mereka akan tergetar! Tapi sekarang keempat huruf itu
terbagi menjadi dua yang tampaknya terbelah dengan pukulan.
Selama 300 tahun ini, kalangan persilatan yang berani
menggunakan kata 'Shi Jian Tian Xia', kecuali Shi Jian Shan Zhuang
(Wisma Pedang), tidak ada yang lainnya.
---ooo0dw0ooo---
Di depan wisma itu ada sebuah batu besar, dan tampak ada dua
orang yang sedang duduk di sana.
Dua orang itu berwajah biasa tapi terlihat penuh dengan
kekhawatiran. Mereka adalah dua orang anak muda yang sama
sekali tidak peduli dengan keadaan dunia ini.
Kedua tubuh anak muda itu dipenuhi dengan rumput kering,
tanah, dan serbuk kayu. Sepertinya mereka sudah berguling-guling
di rerumputan, sepertinya juga pernah tidur di tempat yang penuh
dengan tanah, dan juga sepertinya pernah bergulat di tempat jcang
penuh dengan serbuk gergaji.
Pemuda yang satu berperawakan tinggi dan hitam, wajahnya
masih terlihat lugu, tapi juga terlihat kalau dia seorang pemberani,
bisa bertahan menghadapi semua masalah hidup, tapi matanya
terlihat lesu.
Sedangkan yang satu lagi penampilannya seperti seorang pelajar,
hidungnya mancung, bibirnya tipis, sepertinya dia bersifat keras. Dia
seperti seorang pak tua yang sudah kelelahan.
Mereka berdua duduk saling berdampingan. Mereka tidak saling
pandang, dan juga tidak memperhatikan keadaan temannya.
Mereka seperti tidak pernah hidup di dunia ini. Sepertinya apa yang
terjadi di dunia ini tidak ada hubungannya dengan mereka.
---ooo0dw0ooo---
Mereka tampak sedang menunggu datangnya sore.
Tapi sebelum matahari terbenam, terdengar ada derap langkah
kuda berlari ke arah mereka.
Dari suara derap langkah kuda itu, sepertinya kuda itu tidak
berlari dengan cepat juga tidak lambat, seperti irama musik keras,
tapi bercampur dengan irama lembut, irama ini begitu
menggetarkan perasaan setiap orang yang mendengarnya.
Kedua orang itu mengangkat kepala untuk melihat, terlihat di Xi
Shan di bawah sinar matahari yang akan tenggelam, seperti sudah
dipoles dengan warna merah darah.
Pemuda pertama berkata, "Hari masih sore tapi sudah ada yang
datang."
Pemuda kedua menggelengkan kepalanya, "Sepertinya itu bukan
mereka."
Suara kuda terdengar sudah berada di depan wisma, langkah
kuda mulai melambat, kaki kuda itu berbulu putih bersih dan terlihat
sehat. Masih ada beberapa ekor kupu-kupu yang terbang di dekat
kaki kuda.
Kemudian terlihat seseorang berbaju dan bersepatu putih turun
dari kuda, daun yang tertiup angin melewati baju putihnya, terbang
beberapa saat kemudian terjatuh lagi, tapi hal itu sama sekali tidak
menganggunya.
Kedua pemuda itu saling pandang, kemudian mereka
menundukkan kepala lagi. Sepertinya mereka tidak mau tahu apa
yang terjadi di sekitar sana, tampak mereka sedang terkantukkantuk.
Orang itu turun dari kudanya, kemudian melihat sebentar ke
atas, langit yang mulai gelap, dengan ramah dia bertanya, "Apakah
tempat ini adalah Shi Jian Shan Zhuang yang dulu sangat terkenal?"
Kedua pemuda itu tidak bergerak, sepertinya mereka tidak
mendengar ucapan orang itu.
Orang itu tidak marah, dengan ramah dia bertanya lagi.
Kedua pemuda itu mengangkat kepala dan saling pandang, tapi
mereka tetap tidak menjawab.
Orang itu tampak tersenyum, mengulangi kembali
pertanyaannya, dia sudah bertanya 3 kali berturut-turut.
Akhirnya pemuda yang tinggi dan besar itu menunjuk ke arah
papan nama dan berkata, "Apakah kau tidak bisa melihatnya
sendiri?"
Orang itu melihat sebentar ke arah yang ditunjuk, tiba-tiba dia
tertawa dan berkata, "Siapakah nama dan marga kalian?"
Pemuda yang bersikap agak dingin itu berkata, "Lebih baik kau
pergi dari sini, kalau tidak kau akan terbunuh di sini."
Tanya orang itu, "Apakah disini akan terjadi sesuatu?"
Pemuda tinggi besar itu marah, "Mengapa kau begitu cerewet?"
Pemuda yang tampak dingin itu malah tertawa dingin, "Apa yang
akan terjadi di sini, kalau kau tahu apa yang akan terjadi di sini kau
akan terkejut hingga terkencing-kencing, lalu lari terbirit-birit dari
sini!"
Orang itu tertawa, "Kalau begitu ceritakanlah, mungkin
kenyataannya tidak begitu menakutkan seperti yang kau kira!"
Pemuda yang tampak agak dingin itu kembali tertawa dingin,
"He! He! He!"
Pemuda tinggi besar itu berkata, "Hayo, cepat pergi!"
Orang itu tampak berpikir sebentar, dia membalikkan tubuh dan
berjalan ke arah kudanya yang putih, dan berkata, "Oh ternyata
kalian tidak berani memberitahuku karena orang yang akan datang
itu sangat lihai."
Pemuda yang terlihat dingin itu segera berdiri dan membentak,
"Kau bilang apa! berdiri di tempatmu!"
Pemuda tinggi besar itu berkata, "Apa? Siapa yang bilang kami
tidak berani mengatakannya! Baiklah, kalau begitu akan
kuberitahu—di Jiang Nan, di kalangan persilatan golongan putih dan
hitam, orang mempunyai kekuatan besar dan namanya terkenal,
dan paling sulit dihadapi, adalah siapa? Apakah kau
mengetahuinya?"
Orang itu tertawa, "Kalau sampai Qian Shou Wang (Raja
bertangan seribu) Zuo Qian Zhen saja tidak tahu, aku tidak akan
bisa bertahan hidup di dunia persilatan!"
Pemuda yang terlihat dingin itu berkata, "Tidak disangka, kau
juga tahu hal ini, kalau begitu kau pasti tahu juga Zuo Shou Zhen
yang tidak terkalahkan di dunia ini, ilmu silatnya berada di atas
semua pendekar, apa kau tahu apa alasannya?"
Orang itu tampak berpikir sebentar dan menjawab, "Karena dia
mempunyai seorang istri yang baik dan dua orang murid yang
sangat membantunya."
Pemuda tinggi besar itu tertawa dingin dan berkata, "Masih ada
lagi, dia masih mempunyai 9 orang pembantu yang paling sulit
diajak bicara!"
Orang itu bertanya, "Maksudmu, Jiu Da Gui (9 setan besar)?"
Pemuda dingin itu berkata, "Benar, sebentar lagi yang akan
datang adalah salah satu dari Jiu Da Gui yang bernama Yi Dao Zhan
Qian Jun (sebilah golok memenggal, seribu prajutir), SunTu."
Pemuda tinggi itu berkata lagij "Masih ada lagi, seorang anak
buah Sun Tu yaitu Si Da Dao Mo (4 orang besar golok siluman),
apakah kau tahu asal usul Si Da Dao Mo?"
Orang itu tertawa, "Mereka? Qi Qing Feng adalah keturunan dari
Qi Men Jin Dao, dia adalah pengkhianat perkumpulannya. Li
Xue Hua berasal dari Xue Men Pai, murid perempuan dari Nian
Dou Men, dia adalah seorang perempuan jalang. Mu Lang Shan
adalah keturunan dari Lang Hua Dao Fa, dia mendapatkan ilmu silat
secara langsung dari Cang Lang Lao Ren, tapi dalam hai membunuh
dia senang membakar perempuan, lengkaplah semua kejahatannya.
Tang Shan Jue adalah wakil ketua Di Tang Dao Fa, ilmu goloknya
sangat lihai, katanya Qi Qing Feng, Li Xue Hua, Mu Lang" Shan, dan
Tang Shan Jue, keempat orang ini sudah berada di bawah
kekuasaan Tu Tian Mo, mereka sangat kejam, semua kejahatan
sepertinya sudah pernah mereka lakukan."
Pemuda tinggi itu dengan pandangan aneh berkata, "Ternyata
kau tahu sangat banyak."
Pemuda dingin itupun berkata, "Berani bicara seperti itu, berarti
kau termasuk orang yang lumayan pemberani."
Orang itu tertawa, "Kalau di dunia persilatan tidak ada yang
berani marah, semua pahlawan dan pendekar akan menjadi kurakura yang cuma bisa tinggal di dalam batoknya. Apakah di dunia
persilatan ini bisa masih ada keadilan?"
Pemuda tinggi besar itu terpaku, "Kau begitu berani, tapi kau
tetap bukan lawan Sun Tu dan Si Da Dao Mo, lebih baik kau segera
pergi dari sini!"
Orang itu bertanya, "Tapi. .mengapa kalian masih berada di sini?"
Wajah pemuda tinggi besar itu berekspresi yang sulit
dimengerti, dia duduk
kembali sambil menatap langit yang semakin gelap dan berkata,
"Kami? Kami hanya tinggal menunggu kematian di sini."
Tanya orang itu, "Apakah kau sedang menunggu Sun Tu yang
membawa orang-orangnya, lalu menunggu mereka membunuhmu?"
Pemuda tinggi itu menjawab, "Tiga tahun lalu, di Pin Jiang pada
sebuah pertandingan silat, aku melihat dia menyerang erang yang
sudah terluka dan dia ingin membunuh orang itu tanpa alasan
sedikitpun, sudah tentu ini melanggar aturan dunia persilatan.
Karena itu aku segera naik ke atas panggung untuk menolong." dia
tertawa dingin, lalu melanjutkan ceritanya, "Tidak ada seorang juga
yang mau membantuku membawa orang yang sedang terluka itu ke
rumah panitia, aku sendiri yang bertarung melawan Sun Tu,
kemudian Sun Tu dibantu oleh Si Da Dao Mo, mereka memukulku
hingga aku terluka parah. Semua pendekar yang melihatnya, tapi
tidak ada seorangpun yang berani tampil untuk membantuku, malah
ada yang menghalangiku melarikan diri..akhirnya aku bisa melarikan
diri. Aku juga tahu ternyata panitia malah sudah membunuh orang
yang terluka itu dengan tujuan menjilat Sun Tu." Tangannya
terkepal dengan erat dan urat-urat hijaunya bertonjolan.
Orang itu terdiam sebentar. Dia membalikkan kepalanya melihat
pemuda dingin yang sedang berdiri dengan tegak. Dia sedang
menatap langit dan orang itupun bertanya, "Bagaimana dengan
dirimu?"
Pemuda dingin itu tertawa dingin, "Apa maksudmu? Aku telah
mengalami banyak peristiwa yang menyedihkan, -kau ingin
mendengarkan cerita yang mana?"
Orang itu hanya bisa menjawab, "Oh!" Dia berkata lagi, "Kalau
begitu ceritakan kepadaku mengapa bermusuhan dengan Sun Tu?"
Pemuda dingin itu menjawab, "Heng Shan Pai adalah
perkumpulan yang didirikan oleh sekelompok pemuda. Pada hari
ulang tahun berdirinya perkumpulan itu, semua anggotanya
perkumpulan dibunuh oleh Sun Tu. Aku mencoba melawan Sun Tu.
Anggota-anggota Heng Shan Pai yang terluka parah malah mengira
aku adalah teman Sun Tu. Mereka menusukku di bagian pinggang
dan ditambah dengan tusukan Sun Tu, cukup untuk membuatku
berbaring di tempat tidur selama 3 bulan."
Orang itu bertanya, "Mengapa kalian menunggu Sun Tu di sini?"
Pemuda dingin itu menjawab, "Sun Tu tahu kalau aku belum
mati, dia menyebarkan berita jika dia tidak berhasil membunuh
kami, dia tidak akan merasa puas. Dengan keadaan seperti itu,
apakah kami bisa melarikan diri?"
Orang itu bertanya lagi kepada pemuda tinggi itu, "Bagaimana
denganmu?"
Sambil tertawa pemuda tinggi itu menjawab, "Apakah arti sebuah
kematian? Aku sudah bosan hidup di dunia ini dan akupun tidak bisa
lari jauh dari Sun Tu. Tapi menurut cerita orang lain, ayah Sun Tu,
yaitu Sun Qing Hong pernah kalah di bawah pedang ketua wisma
ini. Ketua itu adalah Si Tu 12. Sun Tu ingin menghancurkan wisma
ini untuk melampiaskan kemarahannya, karena itu kami
menunggunya di sini."
"Kalau begitu, apa kalian memang menunggu kematian di sini?"
Pemuda yang tinggi itu menjawab, "Boleh dikatakan seperti itu."
Orang itu berkata lagi, "Setiap seorang pasti ingin hidup,
mengapa kalian tidak melarikan diri saja?"
Pemuda dingin itu berkata, "Kalau kau bisa lolos dari kejaran Si
Da Dao Mo, apakah kau bisa lolos dari Sun Tu? Kalau kau bisa lolos
dari kejaran Sun Tu, apakah kau bisa lolos dari Ba Da Gui (delapan
Setan besar)? Kalau kau bisa lolos dari Ba Da Gui, apakah kau bisa
lolos dari Qian ShouWang?"
Orang itu bertanya, "Kalau kalian tidak bisa melarikan diri,
mengapa tidak bertarung saja?"
Pemuda tinggi itu berkata, "Pertarungan tetap sebuah
pertarungan, tapi jika kami menang juga apa gunanya? Dunia
persilatan seperti sepiring pasir, apakah hanya dengan
mengandalkan tenaga kami berdua bisa memukul seekor burung
raksasa? Jika bisa mengalahkan Si Da Dao Mo, apakah kau bisa
mengalahkan Sun Tu? Kalau kau berhasil mengalahkan Sun Tu,
bagaimana dengan 8 setan sisanya? Apakah kau bisa menahan
pukulan dari Cuo Shcu Zhen? Bertarung atau tidak hasilnya akan
sama."
Orang itu sepertinya terpaku mendengar jawaban dari pemuda
tinggi itu, kemudian dia mengerti dan berkata, "Oh! Ternyata seperti
itu...." Kemudian dia memberi hormatlalu berniat naik ke atas kuda,
tapi dia membalikkan kepalanya, menatap langit yang terlihat mulai
gelap lalu menarik nafas, "Yuan Feng Jiang tetap Yuan Feng Jiang,
Wang Jing Cao tetap Wang Jing Cao, kalian mati terlalu
menyedihkan, terlalu menyedihkan. Di dunia persilatan tidak ada
pahlawan seperti kalian...." Dia segera naik ke atas kudanya. Wajah
kedua pemuda ini berubah, pemuda tinggi itu berteriak, "Apa yang
kau katakan tadi?"
Pemuda dingin itu bertanya, "Siapakah dirimu sebenarnya?"
Orang itu tertawa menatap langit kemudian dengan suara
lantang dia berkata. "Aku tidak salah berbicara. Yang aku katakan
adalah nama 2 orang pendekar yang pernah menggegerkan dunia
persilatan. Sewaktu mereka masih hidup mereka sering membunuh
yang kuat dan membantu yang lemah, nama mereka sangat
terkenal. Bila mereka menganggap ada hal yang tidak adil, mereka
pasti akan mengulurkan tangan mereka yang adil untuk membantu
orang itu. Karena itu di dunia persilatan mereka dianggap sebagai
dewa penolong. Tapi sayang, masih begitu muda mereka sudah
meninggal...."
Wajah kedua pemuda itu menjadi pucat. Pemuda dingin itu
berkata, "Jangan sembarangan bicara Mereka baru muncul 3 tahun
lalu di dunia persilatan. Orang-orang di dunia ini sangat membenci
mereka. Siapa yang menganggap mereka adalah pendekar?"
Kata-kata orang itu tajam seperti pisau, "Mereka memang baru
muncul di dunia persilatan 2-3 tahun yang lalu, tapi mereka tidak
mencari nama juga keuntungan. Apa yang telah merela lakukan
lebih hebat dengan apa yang dilakukan oleh 10 pendekar.' Sewaktu
mereka masih muda, mereka hidup sangat susah, karena itu
mereka sudah terlatih untuk menjadi kuat dan juga sangat
pemberani. Mereka adalah pendekar yang selama ratusan tahun ini
jarang ada! Mungkin sewaktu mereka hampir mati, mereka masih
belum tahu kalau di dunia ini banyak orang demi menegakkan
keadilan mereka merasa hidup ini seperti sebuah jendela yang
semakin lama semakin buram. Ada yang memasang lampu, perahu
yang berlayar ada yang mengendalikan kemudi, gunung yang
dipenuhi dengan semak-semak tiba-tiba ada yang memberi golok
untuk membuka jalan.... Tapi sayang mereka mati terlalu dini. Kalau
saja mereka bisa bertahan sebentar lagi, mereka bisa mengibarkan
bendera penegak keadilan. Tapi sayang mereka melepaskannya
terlalu dini...."
Hati pemuda tinggi itu bergejolak sehingga nafasnya menjadi
terengah-engah dan berkata, "Tidak! Tidak! Mereka bukan
melepaskan kesempatan itu tapi mereka sudah putus asa
menghadapi orang-orang di dunia ini...."
Orang itu tertawa hingga membuat burung gagak yang hinggap
di pohon sana terkejut dan terbang. "Putus asaHa, Ha, ha.... Jika
Yuan Fang Jiang masih hidup, dia pasti akan marah! Dulu di Gua
Cang Shan, dia sendirian membasmi 3 orang penjahat. Di tengah
perjalanan menuju Shan Xi, dia sendirian bertarung dengan 9
siluman Lei Dian. Lalu masih dengan kekuatannya sendiri, dia
mendaki Gunung Lian Huan untuk menghadiri upacara kematian
Cao Shan You Gui. Kapan dia pernah mengatakan atau
mengucapkan kata-kata putus asa? Jika Wang Jing Cao masih
hidup, dia pasti akan mematahkan batang lehermu. Siapakah dia!
Huang He banjir, dengan segala cara dia beruasha" melindungi
orang-orang yang terkena banjir. Orang-orang golongan hitam
secara diam-diam ingin membunuhnya sampai 7 kali, tapi tidak ada
satupun yang berhasil. Dalam waktu semalam dia bisa memotong
ratusan batang pohon Gui untuk menutup sisi Huang He yang
ambrol. Dia berhasil menolong ribuan nyawa penduduk di sana. Jika
mereka bisa hidup kembali, apakah kalian masih berani berkata
seperti tadi. Apakah kalian tidak takut disambar petir?"
Wajah pemuda dingin itu terlihat berubah-ubah dan berkata,
"Tidak! Tidak! Mana mungkin mereka akan mengerti!"
Orang itu berkata lagi, "Kau terlalu memandang remeh kepada
orang-orang didunia ini! Orang-orang di dunia ini sangat banyak,
kadang-kadang tidak menemukan teman bukan berarti di dunia ini
tidak ada teman..bila kau pernah melakukannya, walaupun di dunia
ini tidak ada yang tahu, tapi kau bisa memegang perasaanmu
sendiri. Hati nuranimu pasti tahu, langit dan bumipun pasti akan
tahu. Kau akan merasa senang dan kau akan merasa matahari
menyinari tubuhmu terus menerus, membuatmu merasa hangat di
musim dingin, di bawah siraman hujan salju kau tetap akan merasa
senang. Kehangatan dan kesenangan akan keluar dari lubuh hatimu,
siapapun tidak akan bisa merebutnya darimu. Ini adalah persoalan
yang paling menyenangkan. Apakah orang akan tahu atau tidak,
mengapa harus dipedulikan?"
Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi kami sudah berusaha, dan kami
benar-benar sudah merasa putus asa, benar-benar putus asa...."
Orang itu dengan suara lantang berkata, "Putus asa! Qu Yuan
berusaha hingga ratusan kali karena merasa tidak ada. gunanya
lagi, dia bunuh diri dengan terjun ke sungai. Apakah kau sudah
berusaha hingga ratusan kali? (Qu Yuan=nama orang, adalah orang
yang sering dikhianati. Dia juga sering menasehati seseorang tapi
usahanya selalu gagal, akhirnya dia terjun ke sungai untuk
mengakhiri nyawanya. Hari meninggalnya kita peringati sebagai hari
Pei Chun. Kita juga sering melempar bacang ke sungai). Kong Hu
Zhu berkunjung ke banyak negara untuk menyebarkan ajarannya.
Dia sering merasa lelah dan lapar, beberapa kali hampir mati
kelaparan di jalan. Dia mempunyai pengikut berjumlah 3.000 ribu
orang, murid berjumlah 72 orang, mereka dengan setia
membantunya, semua ini demi apa?Setelah 70 tahun berlalu sejak
terjadinya pemberontakan, dia masih terus menyebarkan ajaran ini
dan juga berusaha mengusir pemberontak. Dia tahu semua ini tidak
akan ada gunanya.... Tapi dia tidak pernah merasa kecewa. Melihat
semua contoh itu, apakah sekarang kau pantas merasa kecewa?
Jenderal Besar Ye Fei dengan gagah berani melawan pasukan
yang menyerang negaranya, tapi pengkhianat menjual negaranya
kepada negara lain. Dengan plakat yang berjumlah 12 buah dia
diperintahkan untuk kembali ke ibukota supaya tidak perlu melawan
pasukan dari luar negera. Dia tahu jika dia kembali ke ibukota, dia
tidak akan diberi kesempatan hidup. Dia juga tahu kalau dia hanya
akan membawa bencana kepada anak dan istrinya, tapi dia berani
bertahan menghadapi semua ini karena dia tahu semua yang
dilakukannya adalah suatu kebenaran!
Tapi kau, hanya persoalan begitu saja kau sudah merasa putus
asa! Apa yang sudah kau lakukan? Tanah di mana kau berdiri
sekarang adalah tanah milik Wisma Shi Jian. Dulu ketua Wisma Shi
Jian, yaitu Si Tu 12 adalah seorang pendekar gagah berani. Beliau
bisa memimpin semua perkumpulan terkuat di dunia persilatan.
Beliaupun selalu membela kebenaran dan keadilan di dunia
persilatan. Walaupun Ketua Si Tu sudah tua, tapi pedang
panjangnya masih terus membasmi siluman-siluman dan penjahat,
membuat orang jahat menjadi ketakutan. Apakah kalian ingin
melihat bekas rumah tinggalnya dihancurkan oleh para penjahat itu?
Dan apakah kalian sama sekali tidak merasa bersalah!
Aku nasehati kalian, lebih baik kalian berdiri agak jauh dari wisma
ini. Kalian akan mengotori nama besar Wisma Shi Jian!"
Kedua pemuda ini seperti tersambar petir, diam tidak bisa
berkata-kata lagi. Orang itu menarik nafas dan berkata, :'Hhhh!
Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, kalian benar-benar mati terlalu
dini..."
Pemuda dingin itu berteriak, "Hentikan kata-katamu! Kurang ajar!
Hentikan! Mereka belum mati! Mereka tidak akan mati!"
Pemuda tinggi itu meraung dengan keras, pohon-pohon
bergoyang dan tanah bergetar. Sekali memukul, angin dari
kepalannya dengan kencang menyerang orang itu.
Orang itu terbang seperti seekor bangau putih, berdiri di atas
pohon cemara yang tingginya puluhan meter, tapi ranting pohon
cemara itu sama sekali tidak bergoyang. Sepertinya tubuh dia lebih
ringan dibandingkan seekor burung kecil.
Pemuda tinggi itu meraung lagi, "Karena mereka disebut sebagai
pembunuh, bertindak kejam dan tidak berperasaan maka mereka
merasa kecewa dan putus asa!"
Orang itu tertawa terbahak-bahak. Suaranya membuat beberapa
helai daun berjatuhan, "Seribu orang berlaku kurang ajar tidak ada
artinya dengan kehadiran seorang teman. Jika kau mendengarkan
kata-kata dari seribu orang yang kurang ajar, lebih baik kau
menutup telingamu. Jika kau vbenar-benar seorang pendekar,
mengapa harus mendengar kata-kata mereka yang tidak penting
dan mengapa harus disimpan di dalam hati?"
Pemuda tinggi itu berteriak, 'Yuan Feng Jiang belum mati, Yuan
Feng Jiang belum mati!"
Orang itu bertanya dengan lantang, "Kalau begitu Yuan Feng
Jiang sekarang berada di mana?"
Pemuda tinggi itu masih berteriak dengan histeris, "Dia belum
mati! Belum mati!"
Orang itu bertanya lagi, "Kalau begitu Wang Jing Cao ada di
mana sekarang?"
Pemuda dingin itu berkata, "Tapi kau jangan lupa jika kau telah
membuat Qian Shou Wan g marah, kita tidak akan bisa hidup!"
Orang itu tertawa lagi, "Untuk apa aku harus takut kepada
siluman?"
Dia berhenti bicara sebentar lalu melanjutkan lagi, "Jika satu
tangan tidak bisa membawa sebuah batu besar, dua tangan bisa
digunakan. Dua tangan tidak bisa mengangkat batu itu, 4 tangan
pasti bisa mengangkatnya."
Pemuda tinggi itu berkata, "Tapi Sun Tu hampir tiba."
Orang itu tertawa dan bertanya, "Apakah kau mengira Wang Jing
Cao dan Yuan Feng Jiang benar-benar sudah mati?"
Pemuda tinggi itu membentak. Dia berlari ke depat sebuah pohon
di mana orang berbaju putih itu berdiri hingga ke akar-akarnya. Dia
menyapu kesana kemari dengan pohon itu, tapi orang berbaju putih
itu walau dibanting kesana kemari, dia tetap berdiri dengan santai
dan tidak terjatuh.
Pemuda dingin itu membentak, "Siapa kau sebenarnya?" Jarinya
menyentil, pohon itu muncul 5 lubang kecil. Orang itu terbang ke
atas kemudian mendarat di atas kudanya. Kuda itu meringkik dan
berjalan. Terdengar suara orang itu dengan nyaring berkata,
"Yuan Feng Jiang, Wang Jing Cao, jika kalian belum mati, dengan
menggunakan keberanian Yuan Feng Jiang, dan kelincahan dan akal
Wang Jing Cao, kalian bisa bergabung membuat Wisma Shi Jian
tetap menjadi Wisma Shi Jian. Dan juga jangan lupa tanah yang
kalian injak sekarang ini adalah tanah dari pahlawan kita yaitu Si Tu
12."
Suara kuda berlari semakin jauh, suara orang itupun semakin
jauh. Langit terlihat gelap semua!
Mereka berdua lama tidak bicara. Mungkin karena tadi bertarung
di dalam kegelapan membuat mereka merasakan kalau mereka
berdua mempunyai sifat yang berbeda dengan mereka yang tadi.
Semangat dan keberanian, menggantikan kelelahan di wajah
mereka.
Pemuda tinggi itu berkata, 'Ya!"
Pemuda dingin itupun berkata, "Apakah orang itu adalah dia?"
Pemuda tinggi itu tampak bengong kemudian baru berkata,
"Untung kita bertemu dengannya."
Pemuda dingin itu berkata, "Benar-benar sesuai dengan
perkataan orang-orang."
Pemuda tinggi itupun berkata, "Jika aku tahu kalau orang itu
adalah dia, aku tidak akan menyerangnya."
"Semua kata-katanya memang benar," kata pemuda itu dingin
itu.
Mereka tidak berkata apa-apa lagi. Di dalam kegelapan mereka
memungut papan nama yang tertulis 'Tian Xia' yang terjatuh di
bawah. Kemudian meloncat memasangkannya kembali di atas
tiang. Mereka membersihkan debu yang menempel di papan itu.
Setelah bersih mereka turun tanpa suara.
Di dalam kegelapan terdengar suara tawa mereka yang penuh
dengan kegembiraan.
Mereka berdua saling memeluk pundak kemudian tertawa hampir
kehabisan nafas. Karena tertawa keras tanpa terasa air matapun
mengalir. Pemuda tinggi itu berkata, "Wang Jing Cao, kita sudah
lama tidak tertawa seperti ini!"
Pemuda dingin itupun berkata, "Tak disangka, pesilat tinggi itu
datang untuk memperingati kita."
Tiba-tiba dari dalam kegelapan terdengar ada suara dingin yang
berkata, "Melihat kalian berdua tertawa seperti itu, apakah karena
takut tidak akan ada kesempatan untuk tertawa seperti itu lagi?"
Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao tidak tertawa lagi dengan
tenang mereka duduk di batu itu.
Kemudian mereka melihat dari dalam kegelapan muncul 5 orang.
Empat orang berbaju emas, yang di tengah memakai baju
berwarna merah.
Persamaan dari mereka berlima adalah bahan baju mereka
sangat aneh, di dalam kegelapan memantulkan cahaya dan di
pinggang mereka terselip golok. Yang tidak sama adalah orang
berbaju merah itu sangat tinggi dan juga besar, golok yang terselip
di pinggangnya adalah galok paling panjang di antara mereka
berlima.
Panjangnya adalah 7 kaki 3 inchi
Dia tidak lain adalah Sun Tu.
Nama lain Sun Tu adalah Sun Ren Tu.
Sejak 13 tahun yang lalu dia telah membunuh, setiap kali setelah
membunuh satu orang, dia pasti akan meninggalkan tanda.
Katanya setelah berlangsung selama 30 tahun, jumlah orang
yang dibunuhnya karena sangat banyak hingga tidak terhitung lagi.
Orang yang paling banyak dibunuhnya adalah pada saat dia
merayakan ulang tahunnya ke-40. Semua orang Shen Ying Bang,
dibunuhnya hingga tidak tersisa. Terakhir dia baru berhenti karena
keempat pengawalnya juga ikut terbunuh, dia telah melakukan
suatu kesalahan.
Dia membunuh orang dengan sangat cepat dengan
menggunakan golok yang panjangnya 7 kaki 3 inci itu. Sekali
menebas, bisa membunuh 11 orang.
Orang-orang persilatan sangat takut kepadanya.
Yang tidak takut kepada Sun Tu pasti tetap akan takut kepada
pembantunya, Jiu Da Gui memang bukan sembarang nama.
---ooo0dw0ooo---
Tiba-tiba Sun Tu berkata, "Kalian mau bunuh diri? Atau aku yang
turun tangan membunuh kalian?"
Sewaktu Sun Tu mengatakan hal ini, Yuan Feng Jiang dan Wang
Jing Cao tidak bergerak tapi kepalan tangan mereka semakin
mengencang.
Sun Tu tertawa, mulutnya besar seperti mulut seekor serigala
yang mengeluarkan taringnya. Kemudian dia berkata pada keempat
orang itu, "Mereka ingin mati dengan cara lebih tragis."
Keempar orang itu tertawa, seseorang berbadan tegap dan
umurnya setengah baya melangkah keluar. Di pinggangnya terselip
sebuah golok besar dan berat. Sarung golok terbuat dari kayu,
tampak seperti sebuah golok biasa dan tidak terlihat ada yang aneh!
Orang itu berjalan ke sebuah pohon besar, tangan kanannya
dilayangkan, pohon itu langsung roboh dan pohon itu telah terbelah
menjadi dua.
Sebatang pohon hanya dalam waktu singkat telah terbagi
menjadi empat, golok seperti itu, orang butapun tidak akan
mengatakan kalau itu hanya sebuah golok biasa.
Yuan Feng Jiang pun melihatnya, dengan dingin dia berkata, "Qi
Men Jin Dao, Qi Qing Feng!"
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok bagus bukan digunakan
untuk menebang pohon."
---ooo0dw0ooo---
Seorang pemuda kurus melangkah keluar, dia berjalan hingga ke
depan sebuah pohon, di pinggangnya terselip sebuah golok panjang
dan ramping.
Dia mulai bergerak, golok yang terselip di pinggangnya masih
ada di sana, tapi sepasang tangannya terlihat ada sebuah golok tipis
yang berkilau. Kemudian sosoknya tidak terlihat, yang terlihat hanya
goloknya!
Cahaya golok datang bergelombang, seperti gelombang yang ada
di sisi pantai, tiba-tiba cahaya pedang menghilang, dia sudah berada
di belakang Sun Tu!
Empat batang pohon dalam waktu singkat sudah menjadi ratusan
batang.
Dengan dingin Yuan Feng Jiang berkata, "Lang Hua Dao Fa milik
Mu Lang Shan (jurus golok bergelombang)."
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus, tidak
digunakan untuk memotong kayu bakar."
---ooo0dw0ooo---
Waktu itu ada dua orang yang sudah mendekat yang satu lakilaki dan yang satu lagi perempuan, mereka berjalan ke arah
tumpukan kayu yang tadi telah dibelah menjadi potongan kecil.
Yang laki-laki berkata, "Udara sangat dingin." Yang perempuan
menanggapi, "Cocok untuk menghangatkan."
Sambil bicara diapun tertawa, mereka sudah memainkan 70-80
kali jurus golok, karena kedua golok saling beradu^ menimbulkan
percikan api. Percikan api itu* jatuh ke atas tumpukan kayu yang
sudah ditebang, dan apipun mulai menyala.
Yuan Feng Jiang berkata, "Xue Shen, Li Xue Hua dan Di Ting
Dao, Tang San Jue."
Wang Jing Cao tertawa dingin, "Golok yang bagus tidak
digunakan untuk menyalakan api."
Api sudah menyala, tapi mereka tidak terlihat ada keinginan
untuk bertarung.
Yuan Feng Jiang dan Wang Jing Cao juga tidak tampak siap
untuk bertarung.
Mereka sedang menunggu.
Mungkin dalam keadaan biasa, mereka akan cepat marah dan
melakukan semuanya dengan terburu-buru, tapi bila benar-benar
telah berhadapan dengan musuh, mereka malah sangat berhatihati, begitu bertarung pasti tidak akan ada ampun lagi.
Sekarang ini, siapa yang tidak sabar dan berbuat ceroboh, maka
dia akan mati.
---ooo0dw0ooo---
Kobaran api di dalam kegelapan seperti sedang meloncat-loncat,
seperti guna-guna kuno dan berkesan misterius, membuat wajah
orang-orang di sana seperti berganti-ganti.
Kelima orang itu berdiri di 5 arah mata angin, golok terselip di
pinggang masing-masing, tangan diletakkan di pegangan golok.
Bayangan mereka terlihat di bawah kobaran api yang bergoyang
dengan cepat seiring hembusan angin malam.
Tiba-tiba Yuan Feng Jiang berkata, "Sun Tu."
Qi Qing Feng marah, "Kurang ajar, kau berani berbuat macammacam."
Yuan Feng Jiang tertawa dingin, "Aku memang pemberani, kau
yang menjadi penakut."
"Apa yang kau katakan?" tanya Sun Tu.
"Sejak kapan aku mulai menghindar darimu?" tanya Yuan Feng
Jiang.
Sun Tu tertawa dingin, "Semenjak di Pin Jiang, kau telah
kubacok, dan kau sudah kukejar sebanyak 14 kali, dan sudah
terluka 7 kali."
Dengan tenang Yuan Feng Jiang bertanya, "Apakah kau tahu
mengapa aku menghindar darimu?"
"Karena kau tidak sanggup melawanku," Sun Tu tertawa.
"Salah!" tiba-tiba Wang Jing Cao angkat bicara.
"Oh ya?" Sun Tu tampak bertanya-tanya.
"Yang kami takutkan bukan dirimu," jelas Wang Jing Cao.
"Yang kami takutkan adalah kekuatanmu," tambah Yuan Feng
Jiang.
Sun Tu tampak terpaku, kemudian tertawa terbahak-bahak,
"Sama saja—yang penting hari ini kalian tetap akan mati di
tanganku."
"Tidak sama," jawab Wang Jing Cao. "Kami akan bergabung dan
kami akan melawanmu."
Mata Sun Tu tampak menyipit laludia berkata, "Kalau kalian bisa
melawan Si Da Dao Mo, itu sudah terhitung berani."
"Apakah kau tahu, tempat apa ini?" tanya Wang Jing Cao.
Sun Tu terpaku dia melihat tempat yang gelap itu lalu menjawab,
"Wisma Shi Jian yang sudah ada sejak dulu!"
"Benar, dulu Wisma Shi Jian melambangkan kebenaran di dunia
persilatan, sekarang kami akan bertarung hidup dan mati di depan
wisma ini. Kami mewakili kebenaran, kami tidak takut kepadamu!"
kata Yuan Feng Jiang.
"Kami mempunyai rasa percaya diri, kami tidak takut lagi
kepadamu," kata Wang Jing Cao sambil membentak.
Bentakan ini membuat bagian dalam Wisma Shi Jian bergema,
kobaran apipun tampak meloncat-loncat.
Wajah Sun Tu di dalam kegelapan mulai berkeringat. Apakah
karena dia terlalu dekat dengan api sehingga membuatnya merasa
kepanasan?
Atau udara terlalu dingin, sehingga keringat yang keluar adalah
keringat dingin?
---ooo0dw0ooo---
Cahaya dari kobaran api membuat wajah setiap orang di sana
menjadi terkejut dan bertanya-tanya.
Semua diam tidak ada yang bicara.
Sun Tu merasa dulu dia yang selalu mengejar kedua orang ini,
semua ini karena dia merasa sangat seru dan menyenangkan
mempermainkan mereka. Seperti seekor kucing sebelum memakan
tikus mangsanya, kucing itu pasti akan memainkan tikus itu dulu.
Tapi malam ini dia merasa kalau mereka tidak dibunuh malam ini,
kelak dia akan menjadi orang yang mereka kejar.
Dia mulai merasa tertekan.
Akhirnya dia berkata dengan dingin,
"Bunuh mereka!"
Begitu perintah membunuh diturunkan, Qi Qing Feng sudah
melangkah keluar, golok sudah berada dalam genggamannya dan
dia membacok ke arah kepala Wang Jing Cao.
Bacokan itu seperti guntur, Wang Jing Cao seperti sedang
berkonsentrasi menghadapi bacokan itu. Tiba-tiba terlihat ada dua
tenaga bercahaya dengan cepat datang, yang satu berada di atas,
yang satu berada di bawah, dengan cepat menyerang Wang Jing
Cao.
Xue Shan Kuai Dao, Li Xue Hua mengeluarkan jurus secara
bertubi-tubi seperti hujan salju, (golok cepat gunung salju). Di Tang
Ji Dao, Tang San Jue bergerak cepat seperti hujan (golok cepat
marga tanah). Ilmu mereka  ternyata lebih menakutkan
dibandingkan dengan omongan orang-orang.
Wang Jing Cao kalang kabut menghadapi serangan itu, berjaga
di bagian atas bagian bawah tidak terjaga atau sebaliknya!
Walaupun Wang Jing Cao dalam waktu bersamaan bisa menahan
serangan atas dan bawah, tapi bila golok emas milik Qi Qing Feng
membacok ke bagian tengah tubuhnya, dan kedua tubuhnya akan
terpotong menjadi dua.
Karena itu Wang Jing Cao terpaksa mundur dengan cepat, tibatiba dia merasa di belakangnya ada sebuah gelombang besar
menimpanya. Gelombang itu bukan gelombang air tapi gelombang
dari ilmu golok.
Jurus untuk membunuh Wang Jing Cao adalah serangan yang
dilancarkan oleh Mu Lang Shan.
Menyerang dalam keadaan dia tidak siap, menyerang sewaktu
dia lengah, mencegat jalan mundurnya, dengan tujuan membuatnya
tidak berkutik.
Orang yang sedang mundur dengan cepat, disertai dengan
melawan serangan dari 3 arah, mana mungkin bisa menghindar
serangan golok yang cepat dan bertubi-tubi datang dari
belakangnya.
---ooo0dw0ooo---
Tiba-tiba terdengar Mu Lang Shan berteriak, membuat hati setiap
orang yang mendengarnya menjadi ngilu.
Sampai menjelang kematiannyapun dia seolah tidak percaya,
pada saat dia sedang merasa senang karena dia akan mencapai
tujuannya, yaitu membunuh Wang Jing Cao yang sedang mundur
dengan cepat.
Ilmu meringankan tubuh Wang Jing Cao sangat tinggi, jurusjurusnya ganas dan dilancarkan dengan bertubi-tubi. Jurusnya
sangat terkenal tapi Mu Lang Shan sama sekali tidak menyangka
ada orang yang bisa mundur begitu cepat dan di belakang tubuhnya
seperti ada sepasang mata.
Dia sudah memperhitungkan bahwa bacokannya akan membuat
tubuh Wang Jing Cao terbelah menjadi dua bagian, tapi Wang
Jing Cao dengan kecepatan 10 kali lipat dari kecepatannya
semula tiba-tiba berlari ke depan Mu Lang Shan, dengan bahu
kanannya dia menahan tangan Mu Lang Shan, kemudian kedua
tangannya dengan tenaga kuat menghantam......
Mu Lang Shan sudah tidak bisa mendengar suara siapapun,
tulang-tulang seluruh tubuhnya hancur, karena teriakan memilukan
inilah menutupi semua suara yang ada!
---ooo0dw0ooo---
Diiringi teriakan Mu Lang Shan, Sun Tu langsungmaju kedepan.
Dia maju satu langkah, aura membunuh terasa keluar dari
tubuhnya. Api masih tampak bergoyang-goyang, api berwarna
merah menyala menyinari orang tinggi besar itu. Dia terlihat begitu
kejam dan menakutkan.
Tangan Sun Tu sudah berada di goloknya yang panjangnya 7
kaki 3 inchi.
Biasanya kalau tangan Sun Tu sudah memegang golok, orangorang persilatan akan bergetar melihatnya. Pernah ada dua orang
persilatan begitu melihat Sun Tu memegang pegangan golok,
mereka mati karena ketakutan.
Tapi kali ini Sun Tu melihat sewaktu tangannya memegang
pegangan goloknya yang panjang, seseorang dengan langkah besar
malah berjalan melewati api langsung berhadapan dengannya.
Sepasang mata seperti mata seekor cheetah galak, tanpa berkedip
melihatnya.
Seorang pemberani pemilik kepalan besi dan disebut pahlawan
besi, orang-orang menyebutnya si baja Yuan Feng Jiang:
Mata Sun Tu tampak menyipit, tangannya dengan kencang
memegang pegangan goloknya.
---ooo0dw0ooo---
Setelah Mu Lang Shan mati, Ci Qing Feng membentak, golok
emasnya dari atas menepis hingga ke bawah, gerakannya dilakukan
dengan kekuatan penuh.
Sewaktu kedua siku Wang Jing Cao menghantam Mu Lang Shan,
Mu Lang Shan tidak terbang keluar arena pertarungan, karena
kedua siku Wang Jing Cao menempel rapat di dada Mu Lang Shan.
Bacokan Qi Qing Feng membuat Wang Jing Cao yang tadinya
menghadapi Qi Qing Feng dengan berputar, sekarang dia berputar
ke belakang tubuh Mu Lang Shan.
Putaran yang dilakukan Wang Jing Cao tepat dilakukan untuk
menghindari serangan bacokan dari Qi Qing Feng. Li Xue Hua
menyerang bagian atas dan Tang San Jue menyerang bagian
bawah.
Karena bacokan Qi Qing Feng tidak bisa dihentikan, akhirnya dia
malah membelah tubuh Mu Lang Shan menjadi dua bagian. Dan
bacokan Cji Qing Feng belum berhenti, golok itu terus membelah
dada Mu Lang Shan.
Qi Qing Feng sudah bertekad akan memotong Wang Jing Cao
yang masih berada di belakang badan Mu Lang Shan.
Tapi saat itu juga dia merasa bagian bawah tubuhnya terasa
sangat sakit.
Tapi golok Qi Qing Feng tidak dapat dicabut dari tubuh Mu Lang
Shan, seperti sudah menancap sangat dalam.
Qi Qing Feng tidak akan membiarkan goloknya tertinggal di
tubuh Mu Lang Shan, Qi Men Jin Dao boleh dibunuh tapi golok tidak
bisa ditinggal begitu saja.
Saat dia merasa ragu sebentar, Wang Jing Cao dengan cepat
lewat di antara kedua kaki Mu Lang Shan, dan sekaligus memukul
alat vital Qi Qing Feng. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya
membungkuk seperti udang kering. Karena mayat Mu Lang Shan
menghalangi pandangannya, membuatnya tidak bisa melihat
serangan yang dilancarkan oleh Wang Jing Cao. Akhirnya diapun
terkena pukulan yang mematikan.
Saat itu juga Wang Jing Cao melihat ada cahaya golok
menghampirinya.
Yang satu berada di atas seperti naga yang sedang bermain,
sedangkan cahaya yang berada di bagian bawah seperti angin
musim gugur yang menghembus dedaunan.
Mengapa kedua cahaya golok itu datang begitu cepat?
---ooo0dw0ooo---
Sun Tu mengeluarkan suara, goloknya yang panjang dengan
ukuran 7 kaki 3 inchi, seperti gunturdi langit, juga seperti api yang
siap membelah Yuan Feng Jiang.
Jangkauan yang bisa dicapai oleh golok panjang ini sangat luas,
membuat siapapun sulit untuk menghindar.
Di belakang Yuan Feng Jiang adalah kobaran api, Sun Tu sudah
memperhitungkan, Yuan Feng Jiang tidak akan bisa menghindar
lagi.
Mata Yuan Feng Jiang menyipit, dia melihat semua jalannya
sudah ditutup oleh Sun Tu, tapi Yuan Feng Jiang seperti sebutir
kelereng yang menggelinding, dia tidak akan mundur, malah terus
maju dan maju, dia maju masuk ke dalam cahaya golok.
Golok Sun Tu sangat panjang, golok itu belum sempat
diturunkan, bagian dadanya ada celah lebar.
Begitu melihat ada celah walaupun hanya sekejap, siapa yang
berani pada saat seperti itu menyerang celah ini?
Yuan Feng Jiang ternyata bisa melakukannya.
Sewaktu dia masih berusia 10 tahun, dengan membawa pisau
sayur dia bertarung dengan harimau Chang Bai Shan. Pada usia 11
tahun dia berani bertarung dengan murid Tang Men yang saat itu
tidak ada seorangpun berani melakukannya. Diapun pernah
mengalahkan 7 ketua di Lin Yuan, sampai dia sendiripun tidak
percaya dengan apa yang telah dilakukannya. Diapun bisa hidup
kembali setelah diserang oleh Sun Tu dulu. Tidak ada seorangpun
yang bisa membuatnya tidak jadi melakukan hal itu.
Golok milik Sun Tu benar-benar hebat, tapi Yuan Feng Jiang
masih terus maju dan maju, mungkin lebih tepat dikatakan dia
menerjang maju ke arah Sun Tu.
Dua cahaya itu sangat cepat, membuat Wang Jing Cao tidak bisa
menghindar lagi.
Dia setengah berjongkok, di depannya ada Qi Qing Feng yang
sedang membungkukkan tubuhnya karena kesakitan. Di
belakangnya adalah Mu Lang Shan yang telah terbelah oleh Qi
CjingFeng. Menghindar dengan jurus apapun dia tetap tidak akan
bisa lolos dari serangan Li Xue Hua dan Tang San Jue, dia hanya
bisa bertahan, tapi saat ini Wang Jing Cao sama sekali tidak
memegang senjata.
Qi Qing Feng dan Mu Lang Shang dijadikan tameng oleh Wang
Jing Cao.
Golok Li Xue Hua sudah menancap di tubuh Qi Qing Feng, dan
golok Tang San Jue menebas mayat Mu Lang Shan.
Li Xue Hua ingin segera mencabut goloknya dari tubuh Qi Qing
Feng, dia segera turun dari atas, kesempatan ini langsung diambil
oleh Wang Jing Cao.
Pada saat dia berusia 9 tahun dia berani bertarung dengan
perampok yang ada di Jiang Xi, dia sangat pandai memperhitungkan
waktu, dan dia sanggup mengeluarkan jurus dengan cepat. Di dunia
persilatan jarang ada orang yang bisa menyaingi kemampuannya,
dia sendiri sadar akan bakat yang dimilikinya, maka diapun menjadi
sangat percaya diri.
Dia segera melempar Ci Qing Feng dan melepaskan mayat Mu
Lang Shan. Li Xue Hua adalah seorang perempuan, walaupun dia
sangat galak tapi tenaganya pasti akan lebih lemah dari laki-laki.
Benar saja, terlihat bacokan yang diarahkan ke Qi Cjing Feng
tidak bisa dicabut setelah menancap dengan kuat di tubuh Cji Cjing
Feng.
Jurus golok Li Xue Hua bisa dilakukan dari udara, tapi bagian
bawahnya menjadi lemah, sekarang dia ditabrak oleh mayat Qi Qing
Feng, badannya tidak seimbang lagi, ditambah saat itu dia melihat
wajah Qi Qing Feng yang sudah mati, wajah itu mengerikan. Li Xue
Hua benar-benar terkejut, perasaannya menjadi kacau. Dalam
keadaan seperti itu, Wang Jing Cao sudah berada di depannya.
Golok Li Xue Hua masih menancap di tubuh Qi Cjing Feng, dan
tubuh mereka berdekatan.
Begitu Qi Qing Feng dipukul oleh Wang Jing Cao, dahi Qi Qing
Feng mengenai hidung Li Xue Hua, dan hidungnya langsung
mengeluarkan darah. Li Xue Hua sangat kaget, waktu itu juga golok
yang masih dipegang oleh Qi Cjing Feng menusuk ke perut Li Xue
Hua.
Dengan pelan dia roboh, sampai matipun Li Xue Hua tidak
mengerti mengapa Cji Cjing Feng yang sudah mati masih bisa
membunuhnya.
Semua itu karena dia tidak melihat gerakan Wang Jing Cao yang
melakukan serangan.
Wang Jing Cao secara berturut-turut berhasil membunuh 3 orang
pesilat tangguh, dia mulai merasa senang dan percaya diri!
Waktu itu terdengar suara angin yang dibawa golok sudah
menyerangnya. Wang Jing Cao mencoba menghindar tapi sudah
terlambat. Di Ting Dao yang dikuasai dengan baik oleh Tang San
Jue memang sangat terkenal di dunia persilatan karena
kecepatannya.
Gerak reflek Wang Jing Cao memang sangat cepat, tapi begitu
mendengar suara angin dari golok, golok Tang San Jue sudah
sampai di depannya.
Wang Jing Cao merasa kaki kirinya mati rasa, tubuhnya yang
sedang melayang segera turun. Belum sempat dia berbalik untuk
menahan serangan, kaki kanannya terasa panas, akhrinya diapun
roboh.
Tang San Jue paling menguasai teknik bertarung di bawah.
Begitu Wang Jing Cao roboh, cahaya golok seperti salju turun dan
terus menerpa Wang Jing Cao.
---ooo0dw0ooo---
Dalam hidup Sun Tu selama ini goloknya dalam 100 kali
dilayangkan, 90 orang musuhnya karena melihat keganasannya
mereka malah bengong, setelah itu berhenti menyerang. Pada saat
mereka kaget, sinar kilat melewati mereka dan tanpa mereka sadari
mereka telah terbelah menjadi dua, roboh dan nyawapun melayang
saat itu juga. Karena itu pula Sun Tu sangat percaya pada
kedasyatan ilmu goloknya.
Tapi sewaktu dia akan membacok, Yuan Feng Jiang menghilang
dari hadapannya.
Yang ada di hadapannya sekarang hanyalah kobaran api.
Kobaran api terus bergerak' membuat mata menjadi silau.
Dia mengerti mengapa Yuan Feng Jiang tidak takut masuk ke
dalam lingkaran goloknya, dia melewati api untuk menghadapi
dirinya.
Yuan Feng Jiang tiba-tiba menghilang, hanya ada satu jalan
menghilang dari sana yaitu dengan cara mendekat padanya.
Tapi begitu Sun Tu membacok, dia tidak bisa menguasai
gerakannya lagi.
Semua serangan berasal darirasa percaya dirinya.
Percaya diri yang mutlak.
Kalau rasa percaya dirinya hilang, semua persoalan tidak akan
bisa dilakukan dengan sempurna.
Tapi bila terlalu percaya diri juga akan membuat suatu kesalahan
yang tidak tertolong lagi.
Golok Sun Tu tetap dilayangkan, api yang jaraknya sekitar 10
kaki terbelah menjadi dua bagian dan api berubah menjadi
kehijauan.
Begitu golok sudah diayunkan akan ditarik kembali untuk
melindungi dirinya, semua sudah terlambat. Senjata panjang itu
sulit digunakan untuk melindungi diri, sedangkan senjata pendek
sulit digunakan untuk menyerang.
Begitu Yuan Feng Jiang mendekat, dia langsung mengambil
kesempatan yang ada, dia segera menyerang Sun Tu dengan
memukul dadanya!
Tiba-tiba tampak cahaya golok berkilau, sebuah pisau secepat
kilat menusuk dada Yuan Feng Jiang.
Sebuah pisau pendek, datang dari tangan kiri Sun Tu.
Dengan pisau inilah Sun Tu biasa membunuh orang.
Di dalam jiwa Sun Tu, ada 100 musuh, 90 orang musuhnya mati
karena golok panjangnya, musuh yang benar-benar diperhatikan
oleh Sun Tu bukan 90 orang itu melainkan 10 orang sisanya.
Kesepuluh orang itu selalu dibunuh Sun Tu dengan menggunakan
pisau pendek yang tersimpan di lengan bajunya.
Di antara kesepuluh orang itu ada satu orang yang bisa
menghindari tusukannya, berarti di antara 100 orang itu mungkin
hanya ada satu orang yang bisa menghindari serangannya untuk
kedua kalinya.
Tapi bisa menghindari serangan kedua, pada serangan ketiga
tetap sulit untuk menghindar, paling-paling orang itu hanya bisa
bertahan, kemudian golok panjang Sun Tu akan menyerangnya lagi.
Karena itu bila bertarung dengan Sun Tu, sama dengan mencari
kematian.
Tidak ada seorangpun yang menyangka, Sun Tu yang terkenal
dengan golok panjangnya, senjata yang benar-benar digunakan
untuk membunuh adalah pisau yang tersimpan di dalam lengan
bajunya, dan golok panjangnya menutupi senjata yang sebenarnya.
---ooo0dw0ooo---
Sewaktu Wang Jing Cao terkena bacokan pertama, dia merasa
aneh, begitu bacokan kedua menghampirinya, dia sudah menyusun
sebuah rencana. Dia segera ambruk. Dan sewaktu dia ambruk,
teriakan keras dikeluarkannya.
Tusukan itu tidak membuatnya takut tapi semua itu hanya untuk
menutupi keadaan sebenarnya. Tang San Jue merasa dia sudah
menang untuk kedua kalinya, hatinya merasa senang. Begitu dia
mendengar teriakan Wang Jing Cao, dia terpaku hingga gerakannya
melambat, saat itu Wang Jing Cao sudah menindih kedua goloknya
yang tergeletak di bawah.
Tang San Jue selalu mengaku kalau jurus golok bagian bawahnya
adalah nomor satu, semakin rendah jurus golok dimainkan dia
semakin mempunyai cara untuk mengatasinya. Tidak disangka kali
ini ada orang yang menindih goloknya ke tanah. Jurus itu tampak
begitu sepele dan rendah, belum pernah terpikirkan atau dialami
sebelumnya.
Karena itu dia segera menarik kembali goloknya, tapi sepasang
tangan Wang Jing Cao dengan cepat melilit lehernya. Kalau Tang
San Jue segera melawan saat itu juga, mungkin dia masih ada
harapan untuk hidup. Tapi dia sadar kalau tidak ada sepasang
goloknya, dia bukan lawan Wang Jing Cao. Karena keraguan yang
sempat terlintas di kepalanya, sepasang tangan Wang Jing Cao
menghancurkan jakun yang ada di leher Tang San Jue. Dengan
cakar harimaunya Wang Jing Cao memutuskan nadi besar yang ada
di leher Tang San Jue.
Tang San Jue sudah tidak mempunyai tenaga untuk menarik
goloknya, dia menghembuskan nafas terakhirnya. Kalau Si Da Dao
Mo tidak mempunyai golok, mungkin Wang Jing Cao tidak akan
begitu mudah membunuh mereka. Tapi Si Da Dao Mo sangat
menyayangi golok mereka seperti menyayangi nyawa mereka
sendiri. Wang Jing Cao menggunakan kelemahan ini dan
menggunakan kesempatan yang ada untuk membunuh mereka.
Tapi kaki Wang Jing Cao pun sempat terkena dua kali bacokan, tapi
dia merasa sangat senang, belum pernah dia merasa sesenang
sekarang. Karena itu dengan secepat kilat dan dengan
menggunakan kekuatannya sendiri membunuh Si Da Dao Mo yang
selalu menggegerkandunia persilatan.
---ooo0dw0ooo---
Sun Tu sudah memperhitungkan kalau Yuan Feng Jiang akan
menerjangnya, maka diapun menusuk Yuan Feng Jiang dengan
pisaunya.
Tapi Yuan Feng Jiang pun sudah memperhitungkan kalau* Sun
Tu akan melakukan hal ini. -
Semenjak 7 tahun yang lalu, Yuan Feng Jiang terjun ke dunia
persilatan, dia sudah mengetahui tentang Sun Tu, kecuali dia
memiliki golok panjang yang sangat menakutkan, dia masih memiliki
senjata lain yang mematikan.
Kalau tidak seperti itu Sun Ren Tu bukanlah Sun Ren Tu.
Kalau membunuh, dia harus membunuh dalam posisi seperti
apa?
Sewaktu golok panjang dilayangkan, siapapun pasti tidak akan
bisa mundur dari jangkauan goloknya, hanya orang pemberani dan
memiliki sifat teliti baru berani menerjang ke depan.
Begitu golok panjang dilayangkan, dada Sun Tu terbuka, itu
adalah kelemahan yang paling besar.
Sun Tu pasti sudah memperhitungkan hal ini, dari caranya
membunuh adalah pada saat musuh mendekat karena telah melihat
kelemahan ini.
Yuan Feng Jiang mengetahuinya tapi dia tetap maju.
Dengan keberanian melawan keberanian, cara ini adalah cara
yang biasanya dipakai oleh Yuan Feng Jiang.
Sekali Sun Tu menusuk, Yuan Feng Jiang memukul dengan
kepalannya.
Kepalannya mengenai ujung golok,golok itu adalah sebuah golok
bagus, bagaimana dengan kepalan Yuan Feng Jiang?
Kepalannya seperti sebuah kepalan besi! Golok malah terjatuh
karena terkena pukulan golok itu, kepalan itu juga membuat golok
menusuk ke sisi kiri dada Yuan Feng Jiang.
Kepalan kiri Yuan Feng Jiang tampak herdarah tapi tubuhnya
masih menerjang ke depan, kepalan kanannya menyerang Sun Tu
lagi.
Wajah Sun Tu tampak berubah warna, dia tidak pernah melihat
ada orang bertarung dengan cara seperti itu.
Tapi dengan cepat dia sudah mengetahui kalau dia telah
melakukan kesalahan. Seharusnya dia tidak membiarkan Yuan Feng
Jiang mendekat, tapi begitu dia tahu kalau dia salah, semua itu
sudah terlambat. Golok panjangnya sudah tidak sempat dibalikkan,
pisau pendek masih menancap di dada Yuan Feng Jiang.
Yuan Feng Jiang masih memiliki sebelah tangan lagi.
Hanya dalam waktu singkat kepalan tangan Yuan Feng Jiang
sudah memukulnya, kemudian membunuh dengan kepalannya.
Dengan siku, lutut, dan kaki dia menendang dan memukul Sun Tu,
setelah itu baru melepaskannya.
Sewaktu Yuan Feng Jiang meninggalkan Sun Tu, dada Sun Tu
tampak melesak ke dalam.
Sun Tu tampak melotot seperti tidak percaya pada apa yang
terjadi pada dirinya, sebelum dia ambruk dan mati, dia masih
melotot pada Yuan Feng Jiang. Wang Jing Cao yang masih berada
di sanapun sudah berhasil membereskan Tang San Jue. Dia
membalikkan kepala, kedua tangannya jmenyerang dan
mematahkan kaki Sun Tu, akhirnya Sun Tu pun roboh.
Dan selamanya dia tidak akan bangun lagi.
---ooo0dw0ooo---
Yuan Feng Jiang dalam satu jurus berhasil membereskan Sun Tu.
Wang Jing Cao dalam waktu singkat'berhasil membereskan Si Da
Dao Mo yang terdiri dari Mu Lang Shan, Qi Qing Feng, Li Xue Hua,
dan Tang San Jue.
Pisau masih menancap di dada Yuan Feng Jiang, karena tusukan
itu agak meleset hingga tidak melukai tempat vital. Maka hal ini
tidak membuat laki-laki seperti besi itu roboh. Kepalan tangannya
masih berlumuran darah, pisau Sun Ren Tu lebih tajam dari golok
panjangnya. Tapi walaupun demikian, dia masih tidak mampu
menghancurkan kepalan besi Yuan Feng Jiang.
Luka di kaki Wang Jing Cao pun tidak terlalu parah, pada saat
pertama terkena bacokan, untung dia sudah waspada terlebih
dahulu, pada saat dibacok untuk kedua kalinya, dia bisa
menghindar.
Kalau tidak mana mungkin orang persilatan menyebut Wang Jing
Cao sebagai 'Wang Jing Cao yang lincah'? kalau tidak begitu
julukannya akan berganti menjadi 'Wang Jing Cao yang tidak
mempunyai kaki'.
Walaupun mereka terluka, tapi mereka merasa sangat gembira
karena mereka akhirnya bisa menang.
Api tetap terbagi menjadi dua, dan api masih menyela dengan
terang.
Kedua pemuda itu di dalam kegelapam disinari oleh cahaya api.
Mereka menyambung potongan papan nama yang bertuliskan 'Jian
Shi' dan 'Tian Xia', dan dengan kuat mereka
memegangnya. Sepertinya apapun yang terjadi mereka tidak
akan membiarkan papan yang bertuliskan huruf 'Jian Shi Tian Xia'
hilang dari sana.
Api masih terus menyala dan kobarannya sangat besar. Malam
masih panjang.
Habis
Berlanjut ke PUTRI ES
PERSEMBAHAN : SEE YAN TJIN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita Silat Wisma Pedang

Baca Juga: Cerita Silat Terbaru Karya Kwee Oen Keng Bendera M... Wanita Iblis Pencabut Nyawa 2 Tamat Kho Ping Hoo Tcersil Cerita Silat K...